***
Suara petasan monoton itu tidak lagi centil
terdengar. Takbiran malam itu serasa kecut buat Juke. Jepit lovely, THR,
semuanya menyebalkan. Mang Oleng dan
Ketua DKM terpaksa menunggu Juke yang masih pingsan, jamaah takbiran sedikit
demi sedikit mulai meninggalkan masjid. Aroma ketiak rese menusuk hidung
mancung bang Juke dan membangunkan dari tidur sementaranya. "Juke lo udah
sadarkan? ayo buruan cepet gelar karpet!" ketua DKM melempar komando. Juke
berusaha tegar, bergegas, karpet pun mulai direbahkan diatas lantai masjid.
Namun hatinya belum sepakat dengan nasibnya.
Menuju tengah malam, keringat Juke tampak
macho, mang Oleng nguap, ketua DKM berdiri setengah doyong. "Juke jangan
lupa! kotak amal gembok yee!". Juke masih diam, gembok sombong itu pun
dipasang manis di ujung kotak buluk, diletakkan disudut masjid sampai bunyi
'DUG!' pak haji kaget. Juke cuek, badannya keringat dingin, perutnya laper kuadrat. Mata mang Oleng sudah tidak
kompak dengan tugas-tugas ketua DKM. Sarung funky nya mulai bekerja
menutupi badan kurusnya. Bismika Allahumma ahya wa bismika... pulas
mantap. Juke garuk-garuk melihat aksinya mang Oleng. Ketua DKM masih eksis
"Juke gue cabut duluan yah, besok kan gue mo sambutan pas ied, jadi gue mo
latihan dulu malem ini" kibas sorban. Juke mupeng menunggu jawaban THR nya.
"THR lu indent ya Juk". GUMPRANG! suara tutup kaleng
cat kosong jatuh egois, ulah tengil kucing belang. Juke merasa mendapatkan sound
effect yang spektakuler. Protesnya di
amini.
Malam kemenangan bertabur takbir itu belum jadi
milik Juke sepenuhnya. Pingin jepit buat ied besok, pingin beli tapi uangnya
kurang. "Pa haji..,punya stok jepit gak dirumah?" Juke menunggu solusi. "Tadi
minta THR sekarang jepit, klo jepit rambut mau?" ketua DKM rese. Juke
sangat berhak manyun mendengar respon ketua DKM, tapi Juke lebih memilih
nyengir lebih elegan katanya. Masjid Al-Bary mulai berembun, romantis time...
***
Pagi yang keren, takbir bergema indah
dipelosok kampung. Jamaah ied mulai bermunculan.Warna-warni baju lebaran makin
berseliweran. Mang Oleng mencoba berdandan keren, koko putih, peci hitam dan
sorban kotak-kotak menempel didadanya. Kotak amal sudah mejeng rapih dipinggir-pinggir
shaf. Juke terpaksa harus memakai bakyak inventaris masjid, meski suara
pantulan bakyaknya bawel Juke tetap pake, karena tak ada pilihan.
"Juke, doain yah biar sambutan gue
memukau" ketua DKM minta support. Aroma minyak wangi barunya membuat
masjid serasa pindah mendadak ke pasar buah. Telunjuk dan jempol janjian
memijit genit hidung Juke. Bau minyak wangi ketua DKM sangat destruktif, Juke
ingin menjauh tapi posisinya mentok disudut tembok.
Shaf depan masih renggang. Sementara jamaah lebih
suka merapat dekat pintu keluar, alasannya gerah. Mang Oleng jadi guide of
shaf paling modis pagi itu. "Jukeey...rantang bekas opor semalem ditanyain
bu haji tuh" teriak Mang Oleng seimut mungkin. Juke mengedipkan mata
kearah mang Oleng, tanda menggoda. Alis mang Oleng naik sekian centi, salah
tingkah. Gema takbir kian lembut terdengar. Ketua DKM terus membangun
pencitraan. “Haaaachiim!!” Juke bersin. Sambutan sekaligus laporan kegiatan
Masjid Al-Bary menjadi bagian palih wow buat pa haji, senyum lebar lima jari
menjadi intro sambutannya pagi itu. "ehem..ehem...test...test...bla..bla"
ujung mik mendadak banjir bandang. "Amiiiiiiiiiiiiiiiiin..." jawaban
mantap jamaah ied membuai ketua DKM melambung tinggi, pa haji bangga bukan main.
Sholat pagi itu begitu sejuk. Juke, mang Oleng
dan pa haji ikut syahdu dalam lantunan bacaan imam.
***
Semua melepas maaf, idul fitri menjadi kemenangan
hati buat orang-orang yang bertaqwa. Mata Juke pedih, konsentrasinya pecah. Sepasang
alas itu dikenalnya, baru saja melintas dihadapannya. Pandangan Juke masih pada
target, batinnya sibuk. Insan itu jauh tidak sempurna, matanya mati, miskinnya
jelas, ia berjalan dengan wanita lanjut usia. "ALLAHUAKBAR!" tangan kanan
Juke melesat menutupi mulutnya. Prasangka buruk semalam mulai menguap pelan "dia
lebih butuh,tapi kenapa harus nyolong??". Angin menghempas kerudung tipis
nenek tua itu, pondasi tubuhnya yang renta masih mampu menopang badan pria buta
itu, nafasnya patah-patah. Juke terdiam.
Duo jepit lusuh yang menempel mesra dikaki
wanita renta itu tampak longgar namun terlihat akrab. Juke menunduk, memandang
miris bakyak dikakinya. Jepit kucel itu memang
hak Juke, keyakinannya mantap karena ada sedikit irisan love diujung belakang
jepit itu yang menjadi ciri khas. Buat Juke jepit itu saksi bisunya kelak.
Tatapan Juke basah. "Barang butut itu yang ngejaga saya dari najis nek, saya
gak mau rumah Allah kotor karena noda yang saya bawa ne, KEMBALIKAN!!!"
Hatinya bergemuruh.
Lembaran koran kadaluarsa terbang ditiup
angin, banyak sekali. Wanita renta itu terus berjalan lemah bersama laki-laki
buta menjauhi masjid. Juke teduh, entah
mengapa lisan Juke begitu susah untuk berteriak memanggil nenek tua itu. Apakah
hatinya terpaksa ikhlas menerima? wajahnya mendung dipagi yang mulai hangat.
Teriakan itu
justru datang dari belakang, begitu keras memecah. "JUKEEY!! Kotak amal masjid di libas maling!!" mang Oleng berang dan lari
mengejar pencuri. Wajah Juke merah,"LAKNATULLOH ALAIHIM!". Raut muka
Juke menajam, larinya melesat cepat. PRAAKK! Bakyak itu pun putus!. Jamaah
yang ada kaget, teriak histeris. Ketua DKM batal tebar pesona.
Energi
iman yang hadir menguatkan Juke, terus berlari, mengejar tanpa jeda. Mang Oleng
geram dan terus meluncur. Idul fitri menangis...
***
Rumput
Masjid menggeliat, jamaah mulai berpamitan. "Panitia Ied dodol banget sih!
jaga kotak amal aja gak becus!" bibir ketua DKM maju total. Engsel
Masjid berdecit kesal, mungkin bete dengan pa haji, marahnya jadul, tidak
islami. Pak haji bergerak labil keluar masjid, mencoba melihat keadaan yang
terjadi, seketika itu juga ketua DKM menjerit, berdarah. Tumit ketua DKM
menjadi korban. Ujung paku dan karet bakyak itu cuma membisu, darah segar
mengalir tanpa perintah. Tangan kanannya ikut mengiba. Bercak merah itu
menempel tegas di kain putih ketua DKM, melebar. Pa haji tak sadarkan diri. Ada
apa dengan Syawal perdana ini??
Lekukan
kening Juke makin tegas, giginya geram, kepalan tangannya kencang. Koko
coklatnya penuh keringat. Kotak amal itu pun belum terlihat juga. Debu jalan
menyapa Mang Oleng, butirannya masuk. Mang Oleng mengucek matanya tidak
se-kali. Tenaganya butuh di cas. "Lebaran macem apa ini!" keluh mang
Oleng. Juke
dan mang Oleng sudah 2 kilometer menjauhi masjid, pengejarannya hampir koma.
Ini kolaborasi perdana mengejar maling yang sungguh menyebalkan.
***
Angin pagi
itu bertiup kencang, pohon dan batang padi bergoyang lincah, panas sekali. Juke
melihat ada yang aneh dibibir sawah. "gue balik juk, cape gue!" mang
Oleng mundur, pergi meninggalkan Juke. Juke tak bergeming sedikitpun, matanya
menancap ke arah pematang sawah "KAMPRET! ini kotak amalnya ketemu!!!". Kondisinya sudah rusak, gerendel kotak itu
koyak, gemboknya sudah tak berdaya, isinya LUDES. Kotak itu nyungsep mencium
lumpur sawah, ada jejak tertinggal disana. Juke membatin, jejak itu sangat dikenalnya.
Jepit kiri bututnya bersandar dikotak malang itu, hatinya bertanya tegas. Jepit
sebelah kiri, NENEK renta itu???. Entah mengapa batin Juke semakin sesak, matanya
memejam. "Allahuakbar! saya sedang berusaha belajar mengikhlaskan itu buat
nenek, tapi kenapa?? berat buat saya meluruskan niat untuk tetap berprasangka
baik, kotak amal masjid ini PUNYA UMMAT!!! Juke berteriak diujung sawah.
***
Matahari
syawal makin mencubit, panasnya cukup nakal. Juke berkuah keringat, kakinya
tanpa alas kotor dengan balutan lumpur sawah. Juke pulang dengan kotak kosong. Masjid
sudah sepi, keramaian idul fitri mulai terurai. Juke langsung menuju kamar
wudhu, keran plastik itu malu-malu mengeluarkan debitnya, keluar perlahan,
sedikit tapi pasti, Juke membersihkan kotoran dari kakinya.
Juke
mencari bakyak masjid pinjamannya."Astagfirulloh...darah??PAKU KARAT!!
" Juke kaget dan terus mewawancarai hatinya, cemas melanda. Hatinya berdebat
hebat dengan dirinya, belum berhenti. Pencuri kotak amal masih menjadi kasus
anehnya. Juke menatap paku karat, MASIH TERHUNUS!. Juke beranjak membersihkan
darah dari halaman masjid. Bakyak yang dipinjamnya itu sudah tidak layak lagi
untuk di pakai. Juke bingung, kakinya belum beralas, diluar panas. Pikirannya meluncur
pada 3 huruf, T H R !.
"Semoga pa haji ngasih
THR hari ini" Juke garuk-garuk. Kakinya masih bergerak-gerak bingung. Juke
gemas, mondar-mandir cari alas kaki, kemana harus dicari.
Lalu
lalang warga yang saling mengunjungi kerabat menjadi pemandangan manis pagi itu. Tiba-tiba henpon Bahela Juke bergidik, "Jukeyy, ketemu kotak
amalny? Jukey, kita ke pa haji yo, doi kena musibah,lo dmn skrng?" Mang
Oleng sms. Jempol Juke
malas goyang karena pulsa henponnya habis. Juke nyengir "semoga mang Oleng
gak butuh balesan".
Bret...bret...bret...
knalpot jorok bebek besinya mang Oleng menyapa Juke, cari sensasi . Juke tersenyum
bahagia "alhamdulillah ya Robb..". Mang Oleng heran, senyum Juke
tidak seperti biasanya, geli. "Jukey! lo kayak cacing lagi jatoh cinta
aja". Juke malah asyik memeluk tiang masjid, erat sekali. Bebek besi mang
Oleng hampir bengek, suaranya mulai serak. "Mang pinjem sendal dong, sendal
lebaran juga gak apa-apa ko" Juke berkedip-kedip, merayu.
Sambil melongok isi bensin, "Oo..ada sih punya engkong gue, doi udah
bosen, tapi warnanya pink lho, mau?" mang Oleng memberi harapan pada Juke.
Respon mang Oleng bikin Juke shock, tapi hanya beberapa detik. "yang
penting aye bisa silaturahim lah mang Oleng" rasa pedenya terusik, malu
tapi mau bagaimana lagi. "Yoyoy Jukey! mampir ke rumah gue dulu terus kita
ke tempat pa haji".
Tarikan
gas bebek galau itu membuat spirit silaturahim Juke makin nonjok. Juke duduk
manis di jok belakang, kini kakinya tak kesepian lagi. Sandal pinjaman mang
Oleng bikin Juke jadi seleb karbitan, jadi mirip boyband.
Kabar berhembus
dari warga, bebek besinya mang Oleng belok arah, bukan ke rumah ketua DKM tapi
ke langsung ke rumah sakit. "pa haji ternyata masuk IGD juk, kakinya kena
TETANUS!".
Ingatan Juke
balik ke paku karat di halaman masjid, lisannya beristigfar. "Mang Oleng,
setau saya pa haji juga punya penyakit 'gula basah' kan yah??". Bebek besinya
mang Oleng pucat pasi, lajunya mulai lambat. Ternyata roda belakangnya bocor. Mang
Oleng tak mau bleng, ini bukan yang pertama kali. Juke celingukan "Oemji,
motornya minta sedekah nih mang Oleng!"."Jukey, dari tadi udah gue sedekahin
mulu, gigi gue sampe kering ngasi senyum ke nih bebek" Mang Oleng manyun.
Juke tersenyum lebar. Mang Oleng
gigit jari karena bebeknya minta dimanja.
Juke
terkejut hebat, cepat menatap sosok yang tidak asing, PRIA BUTA itu! "innalillahi!
Pria buta itu masuk ke mobil rush hitam tanpa dampingan, gagah dan
sigap sekali. Juke mengejar, sandal pink-nya melesat membentur kaca belakang
roda empat itu. "Allahuakbar! Laki-laki itu GAK BUTA??" Juke
lemas nafasnya random. Tiba-tiba hidung Juke mengeluarkan darah, Juke tak peduli
dan terus mengejar laju mobil itu, tiba-tiba kaca rush itu terbuka dan
melemparkan benda yang sangat tidak asing buat Juke, jepit kanannya. BRAKK!! terdengar teriakan seorang nenek tua
kencang sekali, roda empat itu banting stir dan memakan korban pengendara motor
yang sedang melaju kencang. Seorang
pengendara motor kopling itu terlempar dan menimpah tubuh Juke. Darah dihidung
Juke terus keluar pandangannya mulai kabur.
Langit
Syawal putih tanpa biru, sengatan panasnya menembus kulit. Mang Oleng
membanting bebek besinya, histeris, takut. "JUKEYY !!". Sengatan
panas membuat warga enggan keluar rumah. Mang Oleng luar biasa panik, sulit
cari bantuan. Mang Oleng langsung menghampiri rush hitam itu, “Keluar
kalian!” membentak
keras. Wanita tua itu menangis dan berusaha mencari pertolongan. Pria paruh
baya yang bersama nenek tua itu terluka. “saya pernah liat kalian tadi pagi
dimasjid,uang receh apa ini?? “nada suaranya meninggi. Tabrakan itu memakan korban tidak hanya
si pengendara motor, tapi Juke. Kondisi Juke
mencemaskan, sekuat tenaga mang Oleng menguatkan langkah, tubuh Juke
tumbang dipunggung mang Oleng, banjir darah. Air mata mang Oleng bercucuran
“Toloooooooooong....”. Mobil rush itu
pun berusaha kabur bersama nenek pencuri itu.
***
Denyut nadi
ketua DKM belum normal. Tumit kanannya membengkak hebat, berat badannya
menyusut, belum sadarkan diri, keluarganya menangis. Vonis gula
basah sudah sangat menyiksa, paku karat
itu jadi racun kepedihan ketua DKM. Tetanus itu menusuknya cepat, kini
pa haji koma.
Seisi
ruangan itu mengucap doa, ketua DKM tak berdaya, fisiknya melemah, turun makin
ekstrim. Hening, cairan infus seperti ikut berduka, tetesannya melemah. suasana
kamar rumah sakit itu sudah tidak ada kata hanya selembar kain putih yang
menutup wajah ketua DKM. Jiwa pa haji kembali, pulang kepada Alloh.
***
Juke perlahan,
berbisik pelan pada mang Oleng "Mang Oleng, makasih buat pinjaman
sandalnya yah, saya kangen pa haji, titip salam buat beliau dan jamaah masjid
yah". "Jukey...jamaah sayang lo, masjid sepi kalo lo sakit, maafin
gue yah, maaf banget THR lo sebenarnya ada di gue, kemaren gue pinjam dari pa haji
untuk nebus obat ibu gue yang sakit keras, Juke jangan marah sama gue yah"
mang Oleng menangis hebat. Angin kering bertiup kencang "Insyaallah aye
ridho mang Oleng, mang aye kangen banget pingin ketemu pa haji, kangen pingin
ketemu istri, titip 'kotak DKM' ya mang smoga gak ilang lagi.." Mata Juke perlahan tertutup rapat, lisannya mengucap
asma-Nya. Siang itu Juke dipanggil Alloh untuk selama-lamanya. Tangis mang
Oleng memecah kesepian...selamat jalan bang juke, selamat jalan ketua DKM...
“Wahai
jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah pada Tuhanmu dengan hati yang Ridho & diridhoi
Nya, maka masuklah kedalam golongan hamba-hamba Ku & masuklah kedalam
SurgaKu” Qs. Al Fajr : 27-29
Maha benar
Alloh dgn segala firmannya...
THE END
Terinspirasi
dari cerita sesaat seorang teman cleaning service dikantor,
yang ’sebel’ karna kotak amal masjidnya di curi maling
pas idul fitri 1433 H.
(Thanks mas mimi & tante Uus)
Sepanjang Angkot & Bus Depok-Cibitung, 4 September 2012